Sepertinya puasa itu akan lebih indah bila kita artikan sebagai
aktifitas "mengendalikan" diri, bukan sekedar "menahan" diri. Karena
kata "menahan" bila tidak hati-hati akan membuahkan tekanan dalam diri.
Dan saat masa "menahan" itu selesai, kita seakan ingin bebas
sebebas-bebasnya.
Amati saja aktifitas puasa kita selama ini. Gara2 kita memahami bahwa puasa adalah sekedar aktifitas menahan, ketika waktu buka puasa telah tiba, kita terdorong ingin bebas makan minum sepuasnya. Sampai-sampai waktu maghrib kita akhirkan seakhir-akhirnya, karena kita menunggu perut sampai kenyang sekenyang-kenyangnya.
Amati saja aktifitas puasa kita selama ini. Gara2 kita memahami bahwa puasa adalah sekedar aktifitas menahan, ketika waktu buka puasa telah tiba, kita terdorong ingin bebas makan minum sepuasnya. Sampai-sampai waktu maghrib kita akhirkan seakhir-akhirnya, karena kita menunggu perut sampai kenyang sekenyang-kenyangnya.
Buka puasa adalah diantara tolok ukur keberhasilan puasa kita.
Maksudnya, keberhasilan mengendalikan diri dalam berpuasa itu bisa kita
lihat saat waktu berbuka tiba.
Bila saat siang hari kita mampu mengendalikan diri dari makan minum, karena ada larangan. Maka kekuatan pengendalian diri kita, akan terlihat saat beragam menu makanan terhidang di depan mata saat buka puasa. Masihkah kita mampu menjaga esensi dari puasa, yaitu mengendalikan diri pada saat itu ?
Bukan berarti kita tidak boleh makan dan minum saat berbuka. Hanya saja perlu kita kaji ulang, bahwa esensi bulan puasa adalah untuk mengurangi "sesuatu" pada diri kita, yang terdiri dari makan, minum, tidur, bermain dan lain-lain... untuk diganti dengan menambah aktifitas ibadah. Namun selama ini saat bulan puasa justru kuantitas makan, minum, tidur, dan bermain kita menjadi lebih banyak.
Bila bulan puasa hanya menjadi momen mengubah jadwal makan, minum, tidur dan bermain ... apalagi malah kesemua itu kuantitasnya meningkat saat bulan puasa, lantas bagaimana mungkin bulan puasa ini akan mampu menjadi momen bagi kebangkitan ruhiyah/spiritualitas kita ? Bisa-bisa bulan puasa malah jadi bulan kemunduruan kita.
Wallahu A'lam.
"Mas Kukuh El-jawiy"
Bila saat siang hari kita mampu mengendalikan diri dari makan minum, karena ada larangan. Maka kekuatan pengendalian diri kita, akan terlihat saat beragam menu makanan terhidang di depan mata saat buka puasa. Masihkah kita mampu menjaga esensi dari puasa, yaitu mengendalikan diri pada saat itu ?
Bukan berarti kita tidak boleh makan dan minum saat berbuka. Hanya saja perlu kita kaji ulang, bahwa esensi bulan puasa adalah untuk mengurangi "sesuatu" pada diri kita, yang terdiri dari makan, minum, tidur, bermain dan lain-lain... untuk diganti dengan menambah aktifitas ibadah. Namun selama ini saat bulan puasa justru kuantitas makan, minum, tidur, dan bermain kita menjadi lebih banyak.
Bila bulan puasa hanya menjadi momen mengubah jadwal makan, minum, tidur dan bermain ... apalagi malah kesemua itu kuantitasnya meningkat saat bulan puasa, lantas bagaimana mungkin bulan puasa ini akan mampu menjadi momen bagi kebangkitan ruhiyah/spiritualitas kita ? Bisa-bisa bulan puasa malah jadi bulan kemunduruan kita.
Wallahu A'lam.
"Mas Kukuh El-jawiy"
Komentar
Posting Komentar