Langsung ke konten utama

BISA KARENA BIASA

   Kebiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan seolah sudah menjadi karakter, bukan tidak bisa berubah. Segala sesuatu mengalami perubahan. Hanya tuhan yang kekal dan abadi. Selain tuhan, semua berpotensi mengalami perubahan. Perilaku, baik kognitif, efektif, maupun motorik, akan selalu berubah mengikuti perubahan mindset. Bagaimana mindset itu dibentuk sangat ditentukan oleh pengalaman dan pendidikan. juga terkadang prasangka dan pikiran.

   Yang menentukan mindset, bukan mainstream. terkadang sesuatu dianggap realitas mutlak dan absolut hanya karena sudah menjadi mainstream. Padahal mainstream terbentuk semata-mata hanya karena proses indoktrinasi berkelanjutan. Yakni indoktrinasi yang berusaha memengaruhi mindset, bukan sebagai representasi kebenaran apa adannya.

   Termasuk prilaku keberagaman, juga terpengaruh oleh mindset yang terbentuk berdasarkan pengalaman, pendidikan dan prasangka. Kitab suci agama bisa satu, tapi penafsiran dan pemahamnnya berbeda sesuai lingkungan dan kondisi sosialnya. bahkan perbedaan itu bisa berada pada level individu, karena setiap orang memiliki pengalamannya sendiri-sendiri.

  Inilah titik temu dan integrasi agama dan kebudayaan agama, sebagaimana yang tersurat dalam Kitab Suci, dijabarkan dan diterjemahkan kedalam kehidupan nyata masyarakat berdasarkan nalar masyarakat itu sendiri. Agama memberikan dasar teologis bagi perilaku kebudayaan, sedangkan kebudayaan menjadi dinamisator agama. Dengan cara akulturasi demikianlah agama bertahan hidup dan membangun perdaban.

   Faktannya, agama-agama pada umumnya gagal merealisasikan misi peradaban karena tidak memahami titik temu agama dan kebudayaan. bukan berupaya mendorong akulturasi, malah memaksa gerakan purifikasi dan puritanisme. Ada paradiga yang keliru, Bahwa melalui proses indoktrinasi mindset dapat dibentuk.

   Kalau saja manusia tidak mengalami perubahan dan perkembangan dalam pengalamnnya barangkali proses indoktrinasi bisa efektif. Tapi, kenyataannya, manusia sangat kaya pengalaman baik secara empirik, rasional, maupun spiritual. Masing-masing individu memiliki pegalaman empiriknya, pengalaman rasional dan pengalaman spiritualnya.

   Keterbukaan agama pada proses akulturasi memungkinkan untuk lebih elastis dan fleksibel. Elastisitas dan fleksibilitas merupakan bentuk oilihan yang memungkinkan bertahan lebih lama dibandingkan dengan kebekuan dan kekakuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih Dengan Ilmu-Nya (ust Salim A. Fillah)

Didalam memilih pasangan yang akan mendampingi hidup kita dunia akhirat libatkan ALLAH SWT dan libatkan orang-orang yang salih disekitar kita . Nabi SAW bersabda " tidak akan kecewa,tidak akan menyesal orang yang istikharah dan tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah".  maka ada 2 perkara ini yang selayaknya kita lakukan ketika kita hadapi urusan besar  Nabi SAW menuntunkan untuk istikharah dia shalat 2 rakaat kemudian dia berdoa   اَللهُمَّ اِنِّى اَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَاَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَاَسْئَلُكَ   ALLOOHUMMA INNI ASTAKHIIRUKA BI'ILMIKA WA ASTAQDIRUKA BIQUDROTIKA . dalam doa ini terkandung kepasrahan yang paling agung kepada Allah SWT "Ya Allah,sesungguhnya aku beristikharah dengan ilmu-Mu aku memohon pilihan dengan ilmu-Mu.    makna memohon pilihan dengan ilmu-Mu,adalah bukan ilmuku , bukan pengetahuanku tentang dia , bukan pengenalanku tentang dia yang entah hanya zahirny a sajapun sekecil sekali dibandingkan dengan

BILAL DAN ADZAN TERAKHIR.

Bilal bin Rabah ( Arab : بلال بن رباح , sekitar 580–640 Masehi; Bilal al-Habsyi, Bilal bin Riyah, Ibnu Rabah ) adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia ) yang masuk Islam ketika masih diperbudak. Setelah majikannya mengetahui bahwa Bilal masuk Islam , maka Bilal disiksa terus menerus setiap harinya, guna mengembalikan keyakinannya agar tidak memeluk Islam . Tetapi Bilal tidak mau kembali kepada kekafirannya dan tetap melantunkan " Ahadun Ahad, Ahadun Ahad... ". Pada akhirnya Bilal dimerdekakan oleh Abu Bakar , dan menjadi salah seorang sahabat nabi . Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa rasulullah pernah mendengar suara terompah Bilal di surga . Ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Allah , maka orang yang pertama kali disuruh oleh rasulullah untuk mengumandangkan adzan adalah Bilal bin Rabah, ia dipilih karena suaranya sangat merdu dan lantang. Ia dikenal sebagai muazin pertama dalam Islam. Semenjak Rasulullah wafat , Bila

PERSATUAN DAN DINAMIKA ISLAM DIINDONESIA.

ASSALAMU ALAIKUM WARAH MATULLAHI WABAROKATUH BISMILLAHIRROHMANNIROHIM Sumber gambar :  http://muslimedianews.rssing.com  Dalam sejarah Indonesia, terutama awala abad ke 20, kita sering mendengar munculnya banyak organisasi-organisasi Seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al-irsyad, dsb.  Banyak orang menjadi punya persepsi bahwa ummat Islam itu sejak awal terpecah belah karena adannya organisasi-organisasi itu. Padahal, jika kita lihat apa yang mereka fikirkan dan apa yang mereka perjuangkan, juga melihat bagaimana mereka berdinamika didalam sejarah, Persepsi itu seharusnya tidak muncul sebab walaupun mereka ada didalam organisasi yang berbeda, mereka sebetulnya mendirikan organisasi ini dalam wilayah perjuangan masing-masing.  Sementara dalam konteks hubungan antar organisasi itu sendiri, mereka punya pemikiran untuk berasatu. Salah satu buktinnya setelah organisasi-organisasi ini berdiri dan memang terkadang memang ada perselisihan yang cukup meresahkan ditengah mas